Istilah mental disorders atau mental illness mengacu pada penyakit mental atau gangguan psikologis seseorang. Ini bisa terjadi pada orang dewasa, remaja, dan anak. Ada berbagai macam penyebab gangguan mental, bisa dari faktor genetik atau bawaan lahir, bisa pula karena lingkungan dan pengalaman hidup. Untuk mendeteksi mental disorders, setiap orang dapat melihat ciri-ciri gangguan mental yang dapat tercermin dari perilaku penderita. Gangguan mental juga terdiri dari berbagai jenis, namun ada beberapa yang paling umum terjadi. Kita akan memabahas secara detail tentang apa itu gangguan mental.
Apa Itu Gangguan Mental (Mental Disorders)
Pada dasarnya, gangguan mental adalah istilah umum yang berkaitan dengan jenis penyakit tertentu, sama halnya seperti penyakit jantung, kanker, dan sejenisnya. Yang dimaksud dengan gangguan mental adalah masalah kesehatan yang memegaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku seseorang secara signifikan. Istilah gangguan mental juga bisa dikaitkan dengan gangguan jiwa. Diagnosa penyakit ini mengacu pada kriteria atau standar tertentu, dan memiliki tingkat keparahan masing-masing.
Mungkin di antara kita membayangkan gangguan mental seperti yang terjadi pada “orang gila” atau orang yang berada di rumah sakit jiwa. Ya, itu merupakan salah satunya. Hanya saja, mereka sudah tergolong pada tingkat keparahan yang tinggi kasus penyakit (gangguan) jiwa.
Sementara itu, masalah kesehatan mental (mental health problem) juga dapat dirasakan oleh diri kita sendiri, meskipun terkadang kita tidak menyadarinya. Kenapa? Karena tingkat keparahan masalah kesehatan mental lebih rendah daripada gangguan jiwa. Akan tetapi, masalah kesehatan mental yang relatif tidak parah bisa saja berkembang menjadi penyakit mental jika tidak ditangani dengan baik dan efektif.
Terkait dengan masalah kesehatan mental, itu biasanya akan mengganggu cara seseorang merasa, cara berpikir, cara berperilaku, dan cara berinteraksi. Menurut World Health Organization (WHO), gangguan mental dapat menyebabkan penderitaan tidak hanya bagi si penderita, tetapi juga bagi keluarga dan teman-teman mereka. WHO sendiri juga sempat memprediksi pada tahun 2020, bahwa salah satu masalah kesehatan mental terbesar bagi orang-orang adalah depresi.
Macam-macam Gangguan Mental
Setiap jenis penyakit mental memiliki tingkat keparahan tersendiri. Ada banyak sekali macam-macam gangguan mental, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Gangguan Terkait Kepanikan (Stress-Related Disorder)
- Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)
- Gangguan Tidur (Sleep Disorder)
- Gangguan Bipolar (Bipolar Disorder)
- Skizofrenia (Schizophrenia)
Kelima jenis penyakit mental (mental illness) di atas dianggap yang paling umum terjadi dan diderita oleh sebagian orang. Meskipun begitu, contoh jenis gangguan mental lainnya adalah seperti gangguan somatoform, neurokognitif, gangguan disosiatif, depresi, gangguan makan, dan gangguan terkait zat.
1. Stress-Related Disorder
Gangguan terkait kepanikan atau stress-related disorder adalah masalah kesehatan mental yang terjadi akibat paparan peristiwa buruk yang belum pernah terjadi, atau dampak pengalaman traumatis. Salah satu jenis gangguan mental ini cenderung terjadi pada masa kanak-kanak, namun juga dapat terjadi pada remaja, dan dewasa. Berbagai macam stressor-related disorders adalah sebagai berikut:
- Gangguan stres akut (acute stress disorder/ASD). Ini merupakan jenis kecemasan atau kepanikan dengan tingkat keparahan tinggi – umumnya disebabkan oleh peristiwa traumatis berat, sebagai contoh: bencana alam, cedera parah, kecelakaan, dan sebagainya. Ciri-ciri gejala yang timbul seperti kesedihan mendalam, kehilangan respons, dan penglihatan kosong.
- Gangguan penyesuaian (adjustment disorder). Salah satu gangguan psikologis ini terjadi akibat respons diri terhadap perubahan mendadak yang signifikan, seperti kehilangan pekerjaan, bisnis bangkrut, perceraian, putus pacaran, dan sebagainya. Ciri-ciri gejala yang muncul seperti mudah marah, putus asa, khawatir berlebihan, dan merasa terisolasi.
- Gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD). Ini merupakan masalah gangguan mental yang disebabkan setelah mengalami peristiwa atau periode kelam yang sangat membekas, sebagai contoh: korban pemerkosaan, kecelakaan berat, kehilangan orang tercinta, dan sebagainya. Ciri-ciri gejala yang timbul seperti kesedihan yang berlarut-larut, mimpi buruk, dan respons kaget berlebihan.
- Gangguan pelekatan reaktif (reactive attachment disorder/RAD). Ini merupakan respons emosional terbatas yang dialami bayi dan anak-anak dalam membentuk hubungan normal (sehat) terhadap pengasuh utama (baca: orang tua). Sebagai contoh, anak-anak dengan RAD cenderung sulit mengelola emosi, tidak peduli ketika barang yang dimilikinya diambil, tidak adanya respons yang sehat sebagaimana yang semestinya dilakukan anak-anak. Terkadang, mereka juga berusaha membuka hubungan penting dengan orang lain.
- Gangguan keterlibatan sosial tanpa hambatan (disinhibited social engagement disorder/DSED). Ini merupakan kebalikan dari RAD, yang mana DSED terjadi pada anak-anak yang overreaktif untuk menjalin keterikatan dengan orang lain, bahkan tidak peduli status “orang asing”. Anak-anak dengan DSED cenderung tidak mampu membedakan mana orang baik dan jahat, alias tidak memilki respons defensif atau pertahanan diri terhadap risiko.
2. Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan atau anxiety disorders adalah salah satu jenis gangguan mental dan psikologis yang menimbulkan respons ketakutan dan kekhawatiran berat secara terus menerus. Ciri-ciri gejala anxiety disorders secara fisik adalah jantung berdebar kencang dan keringat dingin. Anxiety disorders berdampak buruk (negatif) bagi psikis dan fisik. Beberapa risiko atau dampak dari anxiety disorders adalah sebagai berikut:
- Sulit menjalani hari-hari dengan baik.
- Mengurung diri.
- Ketakutan untuk berinteraksi.
- Tidak mampu mengontrol emosi.
- Produktivitas menurun.
- Selalu merasa letih.
Berbagai macam axiety disorders adalah sebagai berkut:
- Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder/GAD). Ini merupakan kecemasan kronis yang menyebabkan si penderita selalu merasa khawatir berlebihan terhadap yang terjadi di sekitarnya.
- Gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder/OCD). Gangguan obsesi adalah penyakit jiwa berupa pikiran yang menggoda untuk terus melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sulit untuk dihilangkan. Sedangkan gangguan kompulsi adalah keinginan yang tidak logis atau bertentangan dengan kebiasaan normal. Contoh gangguan obsesif-kompulsif adalah mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang, bolak-balik tidak karuan, dan memeriksa sesuatu terus-menerus tanpa disadari.
- Gangguan panik (panic disorder). Slah satu jenis anxiety disorder ini menyebabkan ketakutan intens tak terduga dan terjadi berulang-ulang. Gangguan ini dapat menimbulkan gejala fisik seperti jantung berdebar, pusing, sesak napas, nyeri dada, keram otot, dan muntah-muntah.
- Fobia sosial (social phobia). Fobia sosial, juga disebut social anxiety disorder, adalah gangguan kecemasan berlebihan atas situasi sosial sehari-hari. Ciri-ciri gejala gangguan kecemasan sosial biasanya pada kondisi yang spesifik, seperti takut berbicara di depan umum, takut pada jenis makanan tertentu, dan sebagainya. Ini juga bisa menjadi sangat parah ketika terjadi di hampir setiap situasi. Gejala yang ditumbulkan seperti pusing, mual, dan gemetaran.
- Kecemasan akan perpisahan (separation anxiety). Merasa cemas atas kehilangan seseorang yang dicintai mungkin hal wajar. Namun, jika kecemasan akan perpisahan yang berlebihan termasuk salah satu jenis gangguan mental – yakni anxiety disorder. Biasanya ini terjadi pada anak, yang takut berlebihan berpisah dengan orang tua, akan tetapi ini juga dialami oleh remaja dan orang dewasa.
3. Sleep Disorder
Gangguan tidur atau sleep disorder adalah jenis gangguan mental (mental disorder) yang terjadi akibat pola tidur yang buruk. Kondisi ini akan membuat tidur seseorang tidak nyenyak. Dampak buruk dari gangguan tidur adalah kesulitan beraktivitas di siang hari (merasa kantuk berat). Beberapa contoh sleep disorder adalah sebagai berikut:
- Insomnia. Suatu kondisi dengan gejala tidak mampu untuk tidur (istirahat) pada jadwal yang ideal, dan situasi ini berlangsung secara terus-menerus.
- Narkolepsi. Sebuah gangguan sistem saraf yang menyebabkan si penderita merasa kantuk berlebihan dan tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu.
- Hipersomnia. Suatu kondisi yang menimbulkan gejala merasa kantuk berlebihan meskipun telah mendapatkan periode tidur yang cukup.
- Parasomnia. Gangguan yang tidak biasa saat tidur, seperti gerakan aneh, mimpi yang aneh, dan tidur berjalan (sleepwalking).
- Sindrom kaki gelisah (restless legs syndrome/RLS). Gangguan yang menyebabkan kaki bergemetar karena sensasi yang tidak nyaman. Gangguan tidur ini umumnya terjadi pada malam hari. RLS rentan terjadi pada usia dewasa dan semakin memburuk saat menua.
- Sleep Apnea. Kondisi gangguan pernapasan saat tidur, sehingga menyebabkan seseorang terbangun secara mendadak. Untuk mengatasinya, seseorang dapat bernapas pendek-pendek atau mengambil jeda pernapasan. Dampak buruk dari sleep apnea adalah serangan jantung dan tekanan darah tinggi.
4. Bipolar Disorder
Bipolar disorder adalah gangguan kesehatan mental dengan gejala perubahan suasana hati yang luar biasa (ekstrem). Perubahan suasana hati akibat bipolar juga sering disebut mania dan/atau hipomania. Mania adalah kondisi suasana hati ekspansif yang ditandai dengan meningkatnya energi, contoh perilaku yang ditimbulkan yakni terlalu bersemangat, terlalu percaya diri, dan mudah tersinggung. Sedangkan hipomania adalah jenis mania yang lebih rendah (tidak terlalu ekstrem). Pada periode depresi, gangguan bipolar cenderung meningkat signifikan.
5. Schizophrenia
Skizofrenia (schizophrenia) adalah penyakit mental (mental illness) yang sangat serius yang menyebabkan masalah pikiran, perilaku, dan perasaan. Kondisi gangguan jiwa kronis ini dapat menjadi kompleks dan berpengaruh dalam jangka panjang. Beberapa gejala dari skizofrenia adalah sebagai berikut:
- Halusinasi: merasakan dan berpikir tentang sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
- Delusi: tidak mampu membedakan sesuatu yang nyata dan tidak. Dalam dunia medis, delusi juga dikenal sebagai psikosis.
- Gangguan pikiran (thought disorder): dapat ditandai dengan pikiran yang aneh dan bicara secara tidak teratur.
- Gejala negatif (negative symptoms): menimbulkan efek kehilangan motivasi, sulit mengekspresikan emosi, tidak ketidakmampuan untuk senang, dan penarikan dari aktivitas sosial.
- Gejala kognitif (cognitive symptons): bermasalah pada konsentrasi, perhatian, dan ingatan (memori). Akibat dari gejala kognitif skizofrenia adalah tidak mampu memfokuskan perhatian, kesulitan memproses informasi, dan masalah daya ingat sehingga sering lupa janji.
Cara Mengatasi Gangguan Mental
Langkah pertama yang perlu dilakukan ketika terjadi masalah kesehatan atau gangguan mental (mental disorders) adalah dengan melihat gejala untuk menentukan jenis gangguan mental yang dialami pasien. Terkadang, mendeteksi gejala gangguan mental sulit dilakukan sendiri, namun bukan berarti tidak bisa. Untuk mendapatkan hasil diagnosis lebih akurat terhadap kesehatan mental yang dialami, sebaiknya konsultasi ke pihak profesional, seperti dokter jiwa atau psikiater.
Biasanya, setiap penyakit mental akan menunjukkan gejala khusus, dan semuanya akan dirinci dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Singkatnya, DSM-5 adalah sebuah produk yang dihasilkan dengan melibatkan ratusan ahli internasional di seluruh aspek kesehatan mental, dan sudah lebih dari 10 tahun.
Diterbitkan oleh American Psychiatric Association, DSM-5 merupakan bagian dari kerja keras dan dedikasi para profesional untuk mengklasifikasikan mental disorders dalam rangka meningkatkan diagnosis, pengobatan, dan penelitian. Jadi, para profesional kesehatan mental di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, biasanya menggunakan DSM-5 sebagai buku pedoman atau panduan.
Sementara itu, proses diagnosis kesehatan mental mungkin terdiri dari beberapa rangkaian tugas, seperti berikut ini:
- Tes pemeriksaan fisik. Ini merupakan tes rutin oleh penyedia perawatan primer (primary care provider/PCP) untuk memeriksa kesehatan pasien secara menyeluruh. Jenis pemeriksaan ini juga disebut pemeriksaan kesehatan (wellness check). PCP dapat dilakukan oleh dokter, asisten dokter, atau perawat.
- Tes laboratorium. Pemeriksaan lab ini bisa mencakup fungsi tiroid atau skrining untuk obat-obatan, dan alkohol.
- Tes psikologis. Pemeriksaan ini dilakukan oleh profesional kesehatan (biasanya psikiater) untuk menanyakan terkait gejala yang dialami, mencakup pikiran, perasaan, dan pola perilaku. Jika dibutuhkan, pasien juga diminta untuk mengisi jawaban-jawaban di kuisioner.
Sementara itu, cara mengatasi gangguan mental adalah dengan pengobatan atau perawatan (treatment) tertentu. Setiap jenis penyakit mental memiliki treatment yang berbeda, bahkan mungkin juga dibutuhkan treatment khusus. Meskipun begitu dalam beberapa kasus, kombinasi treatment bisa berdampak lebih baik bagi pasien. Tentu saja ini harus sesuai dengan rekomendasi doker. Beberapa contoh metode dan cara mengatasi gangguan mental adalah sebagai berikut:
- Menggunakan obat-obatan psikiatri atau psychotropic medications
- Psikoterapi (psychoteraphy)
- Perawatan stimulasi otak (brain-stimulation treatments)
- Pengobatan penyalahgunaan zat (substance misuse treatment)
1. Mengatasi Gangguan Mental dengan Obat Psikiatri
Doker jiwa atau psikiater biasanya akan merekomendasikan obat-obatan psikiatri (psychiatric or psychotropic medications) untuk pasien. Meskipun dalam beberapa kasus obat-obatan tidak menyembuhkan penyakit mental, namun itu setidaknya dapat memperbaiki gejala dengan signifikan. Obat-obatan psikiatri atau psychiatric drug yang diberikan tergantung pada situasi khusus pasien, dan menyesuaikan dengan respons tubuh. Selain itu, psychotropic medication juga dapat membantu untuk perawatan lain, seperti psikoterapi (psychotherapy).
Untuk mengobati masalah kesehatan mental atau gangguan mental, ada beberapa jenis obat psikiatri (psychotripic medications) yang dapat digunakan, yakni sebagai berikut:
- Antipsikotik: Jenis obat-obatan yang umum diresepkan untuk masalah psikosis, seperti skizofrenia. Antipsikotik terbagi ke dalam dua kategori, yakni antipsikotik tipikal dan atipikal.
- Antidepresan: Jenis obat-obatan untuk untuk mengobati depresi.
- Anti-anxiety medications: Golongan obat-obatan untuk mengatasi masalah kecemasan kronis (akut), serangan panik (panic attack), dan kecemasan umum.
- Stimulan: Jenis obat-obatan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam jangka pendek, seperti mengatur proses berpikir yang tidak sistematis, dan lainnya.
- Mood stabilizer: Golongan obat-obatan untuk mengatasi masalah perubahan mood oleh penderita bipolar anxiety.
2. Mengatasi Gangguan Mental dengan Psikoterapi
Selain dari metode obat-obatan, cara lain mengatasi gangguan mental adalah dengan psikoterapi, atau disebut juga terapi bicara (terapi psikologi). Selama proses psikoterapi, pasien akan megungkapkan kondisi dan masalah yang dihadapi dengan dokter atau profesional kesehatan. Psikoterapi menjadi wadah yang tepat untuk melatih perasaan, pikiran, suasana hati (mood), dan perilaku. Tujuan utama psikoterapi adalah memotivasi pasien untuk melakukan hal-hal yang benar.
Dengan bekal pengetahuan kognitif, pasien diharapkan mampu mengelola stres dan mengatasi kesehatan mental yang menjadi gejala. Pengobatan dengan psikoterapi mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan, dan juga bisa lebih panjang jika diperlukan. Dalam proses ini, penting untuk memilih terapis yang cocok atau memahami kondisi pasien, sehingga hasil bisa lebih efektif.
3. Mengatasi Gangguan Mental dengan Perawatan Stimulasi Otak
Perawatan stimulasi otak biasanya digunakan untuk mengatasi masalah depresi dan kesehatan mental terkait. Ini bisa berupa terapi stimulasi magnetik transkranial berulang, stimulasi otak dalam, terapi elektrokonvulsif, dan stimulasi saraf vagus. Metode stimulasi otak biasanya dicadangkan dan hanya digunakan ketika penanganan dengan obat-obatan dan psikoterapi tidak berhasil. Sebelum menggunakan perawatan ini, pastikan untuk memahami manfaat dan risiko yang ada.
4. Mengatasi Gangguan Mental dengan Pengobatan Penyalahgunaan Zat
Pengobatan penyalahgunaan zat atau substance misuse treatment dibutuhkan untuk pasien yang mengalami gangguan mental (mental disorders) dan bersamaan dengan kecanduan terhadap zat tertentu (seperti drugs dan alkohol). Penyalahgunaan zat ini cenderung memperparah kondisi kesehatan pasien sehingga perlu pengobatan khusus untuk masalah ini. Itu lebih baik jika berkonsultasi dengan dokter terkait pilihan pengobatan yang tepat.
Pandangan Akhir
Gangguan mental adalah masalah kesehatan yang memengaruhi kondisi pribadi secara komprehensif, seperti perilaku, perasaan, pikiran, dan suasana hati. Ada berbagai jenis gangguan mental (mental disorders) dengan tingkat keparahan berbeda. Dalam hal ini penting untuk memahami setiap gejala yang terjadi sehingga mampu mendiagnosis secara tepat dan cepat, sehingga pengobatan bisa dilakukan segera.
Seandainya, setelah diagnosis dokter ternyata gangguan mental masih pada level ringan dengan gejala yang dapat dikontrol dengan baik, perawatan yang dilakukan mungkin cukup dengan primary care provider/PCP. Akan tetapi, jika gangguan mental pada level parah atau berat, seperti skizofrenia, maka penanganan khusus harus disegerakan. Treatments dan cara mengatasi gangguan mental dapat dilakukan dengan berbagai metode, tergantung jenis masalah kesehatan mental pasien.
Bagaimana jika gangguan mental terjadi pada anak? Sebagai orang tua, penting untuk mendeteksi lebih awal; oleh karena itu perlu memahami gejala-gejala yang terjadi. Setelah itu, segera konsultasikan kepada dokter untuk penanganan yang tepat. Jangan sampai terjadi pembiaran, sehingga masalah kesehatan mental anak semakin memburuk.
Sebagai orang tua, tetap sabar dan ikhlas atas masalah gangguan mental yang terjadi pada anak. Ini semua adalah bagian dari suratan takdir. Tidak perlu marah, kesal, atau stres menghadapi situasi tersebut. Tetap tenang, sehingga dapat berpikir jernih dan menemukan treatments terbaik untuk anak. Ingatlah bahwa tidak ada cobaan yang melampaui batas. Tuhan selalu memiliki alasan terhadap suatu peristiwa. Meskipun sering kali kita tidak tahu alasan tersebut, jangan sampai berprasangka buruk. Dengan keyakinan dan kesabaran yang kuat, mudah-mudahan ini bisa menjadi ladang pahala. Aamiin.
Referensi:
Healt.gov.au https://bit.ly/3q8M490
Chop.edu https://bit.ly/3Ei0BEe
clevelandclinic.org https://cle.clinic/3yPpHJQ
hhs.gov https://bit.ly/3yTZzxq
nimh.nih.gov https://bit.ly/3H5d9AX
mayoclinic.org https://mayocl.in/3qhMutR
goodtherapy.org https://bit.ly/3yLrf7k
Kata kunci: gangguan mental (mental disorder), masalah kesehatan mental (mental health problem), penyakit mental (mental illness).