Bagaimana cara mengatasi stres? Stres adalah salah satu kondisi gangguan mental atau mental disorders, yang umumnya disebabkan oleh faktor eksternal alias ha-hal yang di luar diri sendiri. Ketika seseorang mengalami stres, tentu saja kebahagiaan hidup tampak semakin jauh. Nah dalam hal ini, filosofi stoikisme (stoicism) memiliki solusi untuk mengatasi masalah stres dan mencapai kebahagiaan sejati dalam hidup.
Mengatasi Stres dan Menggapai Kebahagiaan dengan Filosofi Stoikisme
Stoikisme (stoicism) – salah satu aliran filsafat – menjelaskan tentang bagaimana cara mencapai kebahagiaan dalam hidup dan mampu mencegah atau menghindari stres, depresi, dan jenuh. Filosofi hidup dari stoa atau stoik tersebut sangat sederhana, yakni menjelaskan bahwa:
Kebahagiaan itu berasal dari hal-hal yang dapat dikendalikan oleh diri sendiri (faktor internal), bukan berasal dari orang lain atau hal-hal yang tidak dapat dikendalikan (baca: faktor eksternal).
Filosofi stoik menegaskan bahwa kalau ingin bahagia dalam hidup dan terhindar dari depresi dan stress, maka fokuslah pada apa yang dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Jangan berfokus pada faktor eksternal yang sulit dikendalikan.
Sebagai contoh, ketika kamu kecewa dengan seseorang, maka tidak perlu stres atau bersedih, karena kamu pada dasarnya tidak bisa mengendalikan orang lain. Maka, fokuslah untuk mengendalikan diri bagaimana menanggapi apa yang terjadi.
Ketika kamu berekspektasi untuk mendapatkan kebahagiaan dari orang lain, termasuk pada pasangan, maka itu sesuatu yang sangat berisiko. Ketika kebahagiaan bersandar pada “orang lain” yang tidak abadi, maka ketika itu sirna, maka kebahagiaan juga ikut sirna.
Banyak orang yang mencari kebahagiaan di luar, sedangkan menurut filosofi stoikisme, kebahagiaan itu bersumber dari diri sendiri. “Semua yang terjadi di luar diri kita bersifat netral, alias tidak ada yang bernilai baik (positif) atau butuk (negatif).” Semua itu kemudian berubah menjadi positif atau negatif tergantung pada interpretasi kita terhadap sesuatu yang terjadi.
Misalnya, keluarga kita mengalami musibah. Berdasarkan filosofi stoikisme, musibah (yang merupakan faktor eksternal) selalu bersifat netral. Itu kemudian menjadi negatif atau positif tergantung bagaimana kita menilai atau menginterpretasikan musibah itu.
Jika kita merasa musibah itu buruk, lalu kita menjadi kecewa dan stres, maka energi yang dihasilkan akan negatif. Akan tetapi, jika kita merasa musibah itu baik, karena dengan musibah kita bisa menjadi pribadi yang lebih tabah dan sabar, maka itu akan menghasilkan energi positif, dan kita akan terhindar dari stres. Begitulah misalnya cara mencegah stres dala hidup.
Fokus pada Pengendalian Diri
Ingatlah bahwa menurut stoikisme, sesuatu yang terjadi di dunia ini selalu bersifat netral. Itu kemudian menjadi baik (positif) atau buruk (negatif) tergantung perspektif atau cara pandang kita terhadap apa yang terjadi.
Terkadang, kita pernah merasa mengapa orang lain mendapatkan kekayaan materi yang berlimpah sementara keluarga kita tidak. Menanggapi hal itu, kita justru merasa stres dan menganggap hidup ini tidak adil. Sementara kita tidak pernah tahu apa ada di balik kekayaan itu.
Terkadang, kekayaan itulah yang justru menjatuhkan kita ke lembah penderitaan. Lihatlah, tidak sedikit orang-orang kaya yang mati mengenaskan karena stres dan depresi berat. Padahal mereka kaya. Tapi mengapa berakhir tragis? Itu menunjukkan bahwa sumber kebahagiaan bukan dari faktor eksternal, seperti materi atau uang, melainkan dari diri kita sendiri.
Kontras terhadap hal itu, mengapa orang-orang yang hidup sederhana justru lebih banyak tersenyum, merasa bahagia, dan seolah-olah mampu mencegah stres? Itu karena mereka memiliki cara pandang yang baik terhadap hidup ini. Terkadang, kesederhanaan itulah yang menjadi guru terbaik baik diri kita untuk hidup dengan penuh rasa syukur.
Jadi, semua masalah yang menimpa diri kita, itu selalu bersifat netral. Cara menghilangkan stres atas masalah tersebut adalah dengan menerima apa yang terjadi. Bahwa, kita hanyalah kepingan kecil di dunia ini, dan tidak bisa mengendalikan semuanya. Filosofi stoikisme menganjarkan kita untuk fokus untuk memperbaiki cara pandang kita terhadap sesuatu yang terjadi. Arahkan itu pada penilaian positif, sehingga kita bisa terhindar dari stress dan mampu mencapai kebahagiaan.
Sumber Kebahagiaan dan Stres Berasal dari Diri Sendiri
Bahagia dan stres adalah pilihan-pilihan dalam hidup. Seseorang dapat memutuskan apakah mereka hidup bahagia, atau justru hidup di kelilingi stres. Filosofi stoikisme banyak sekali mengajarkan tentang bagaimana hidup ini diputuskan oleh diri sendiri.
Orang-orang yang menganggap hidup ini berat, maka itu akan menjadi berat. Orang-orang yang merasa hidup ini kebahagiaan – apapun yang terjadi – maka itu akan menjadi kebahagiaan.
Ketika sumber kebahagiaan kita pusatkan pada diri sendiri (sesuatu yang dapat dikendalikan), maka itu akan tetap bertahan, tidak peduli seperti apa perilaku dan pandangan orang lain terhadap kita.
Akan tetapi, ketika sumber kebahagiaan kita pusatkan pada faktor eksternal di luar diri kita, maka itu mengecewakan kita, konsekuensinya adalah stress dan depresi. Hal ini karena faktor eksternal tidak dapat dikendalikan oleh diri kita sendiri.
Jadi, cara mengatasi stres menurut filosofi stokisme adalah, tidak peduli apapun masalah yang dihadapi, fokuslah untuk mengendalikan diri sendiri atas apa yang terjadi di dalam hidup. Kita memahami bahwa apapun yang terjadi di dunia ini adalah takdir. Ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat kita cintai, maka itu bukanlah rezeki kita.
Sesuatu yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan sesuatu yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah meninggalkanku.” – Umar Bin Khattab.